Line-up Valencia vs Barcelona di babak pertama (zonalmarking)
Strategi pelatih Valencia, Unai Emery menempatkan dua bek kiri saat melawan Barca sudah diterapkan sejak musim lalu. Saat itu, strategi ini berhasil menyulitkan Barcelona di Camp Nou. Valencia unggul lebih dulu 1-0 di babak pertama lewat Jeremy Mathieu hingga akhirnya Barca bisa membalikkan keadaan di babak dua menjadi 2-1.
Di Stadion Mestalla tadi malam, Emery mengulang strategi yang dia terapkan musim lalu. Jordi Alba (22) ditempatkan di bek kiri dan Jeremy Mathieu menempati posisi sayap kiri. Idenya adalah jelas karena kecepatan Daniel Alves sangat berbahaya maka dengan menempatkan dua pemain bernaluri bertahan di sisi kiri gelandang, Anda mempunyai pemain yang secara naluriah akan selalu berada di garis belakang.
Jika Anda menjadi Daniel Alves dan dihadapkan pada situasi ini maka jelas Anda akan terus menekan lawan sebanyak yang Anda bisa. Dan itulah kenyataannya, Alves bermain sangat maju dan membuat Mathieu bermain ke dalam dan semakin ke dalam.
Masalahnya adalah Mathieu justru menjadi ancaman terbesar Valencia saat mereka keluar menyerang. Bek sayap kiri berusia 27 tahun itu secara konsisten maju membantu serangan dan mengeksploitasi ruang yang ditinggalkan oleh Alves. Dalam pertandingan itu, Mathieu menjadi kreator dua gol Los Chesdan menciptakan tiga peluang emas, di mana salah satunya gagal dikonversi Roberto Soldado untuk membuat gol pembuka.
Bagaimana mungkin Mathieu bisa melakukannya jika sedari awal dia justru dipersiapkan untuk menahan Daniel Alves?
Karena tidak seperti yang terlihat di atas kertas, Pedro yang diposisikan sebagai penyerang sayap kanan tidak benar-benar bermain di posisi tersebut. Saat pertandingan dimulai, penyerang berusia 24 tahun itu memang berada di sayap kanan tetapi saat laga sudah berjalan beberapa lama, dia berpindah ke sisi kiri. Sehingga Barca sebenarnya bermain tanpa sayap kanan murni.
Tugas sayap kanan diemban oleh Alves dan bek sayap berusia 28 tahun ini kesulitan berjuang sendirian menghadapi dua bek lawan. Terutama Jordi Alba yang kecepatannya mampu menahan laju Alves. Dengan begitu banyaknya ruang kosong yang Alves tinggalkan, bom waktu pertahanan Barca bisa meledak sewaktu-waktu.
Dan Mathieu-lah orang yang meledakkan bom itu. Over lapping-nya nyaris membuat seluruh punggawa Barca lari tunggang-langgang menyelamatkan pertahanan. Javier Mascherano menutup sisi kanan yang kosong, Carles Puyol yang sendirian di tengah pertahanan membuat Eric Abidal harus mengisi bek tengah, di mana dia membuat blunder dengan gol bunuh diri dan areanya menjadi tempat Pablo Hernandez mencetak gol.
Keunggulan 2-1 Valencia di babak pertama juga disebabkan oleh dua hal: pertama, selain menyerang Barcelona dari sisi Alves, yang kedua adalah dengan menekan dan terus menekan Barcelona hingga mereka tidak nyaman dalam penguasaan bola.
Di saat tidak ada koneksi antara lini belakang dan tengah, Xavi berjuang sendirian nyaris tanpa bantuan karena Fabregas lebih diinstruksikan sebagai false-9 alias striker bayangan. Apalah artinya Xavi tanpa umpan-umpan pendek?
Namun, Guardiola memang arsitek yang cerdas. Kelemahan Barcelona di sisi kanan membuatnya menginstruksikan Daniel Alves untuk disiplin selalu di belakang dan Thiago dimasukkan untuk membantu Xavi.
Selain itu, strategi untuk terus menekan lawan membuat suatu tim cepat atau lambat
akan mengalami kelelahan. Dan, itulah yang terjadi pada Valencia sehingga keunggulan mereka berhasil disamakan. (okezone & zonal marking)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar